Selasa, 26 November 2019

cincin tunangan kota Cimahi


 pengantar

Bukti yang tidak dapat dibantah di semua dunia mengindikasikan bahwa iklim global sudah berubah dikomparasikan dengan era pra-industri dan diduga akan melanjutkan tren sampai abad ke-21 dan seterusnya. Panel Antarpemerintah mengenai Perubahan Iklim (IPCC) 1 mendokumentasikan bahwa suhu rata-rata global sudah meningkat selama 0,76 ° C antara 1850-1899 dan 2001-2005 dan telah memutuskan bahwa beberapa besar evolusi yang dicermati dalam suhu rata-rata global semenjak pertengahan ke-20 abad ialah 'sangat mungkin' hasil dari kegiatan manusia yang meningkatkan fokus gas lokasi tinggal kaca di atmosfer.

Sebagai akibatnya, kami mengamati sekian banyak  manifestasi evolusi iklim tergolong pemanasan laut, suhu rata-rata benua, suhu fanatik dan pola angin. Penurunan gletser dan es yang meluas dan pemanasan suhu permukaan laut sudah berkontribusi terhadap eskalasi permukaan laut 1,8 mm masing-masing tahun dari 1961 sampai 2003, dan selama 3,1 mm masing-masing tahun dari 1993 sampai 2003.

IPCC sudah memproyeksikan bahwa laju evolusi iklim ialah untuk mempercepat dengan emisi gas lokasi tinggal kaca (GHG) yang berkelanjutan pada atau di atas tingkat ketika ini. Perkiraan terbaik IPCC mengindikasikan bahwa suhu permukaan rata-rata global bakal naik 1,8 ° C sampai 4,0 ° C pada akhir abad ke-21. Bahkan dengan fokus GRK atmosfer yang stabil di tingkat ketika ini, bumi bakal terus menghangat sebagai hasil dari emisi GRK masa kemudian serta inersia termal lautan.

Perubahan di masa mendatang dalam suhu dan fitur urgen iklim lainnya bakal bermanifestasi dalam mode yang bertolak belakang di sekian banyak  wilayah di dunia. Sangat barangkali bahwa topan tropis (topan dan badai) bakal menjadi lebih parah, dengan kecepatan angin yang lebih banyak dan curah hujan yang lebih tinggi. Ini bakal dikaitkan dengan penambahan suhu permukaan laut tropis yang berkelanjutan. Jalur badai ekstra-tropis diproyeksikan bergeser ke arah kutub, dengan dampak perubahan pola angin, curah hujan dan suhu. Penurunan tutupan salju pun diproyeksikan bakal berlanjut.

Risiko lingkungan dan ekonomi yang berhubungan dengan prediksi evolusi iklim paling besar. Gawatnya kondisi ini sudah menghasilkan sekian banyak  perdebatan kepandaian internasional baru-baru ini. IPCC sudah mengeluarkan benang merah kuat bahwa evolusi iklim bakal menghambat kemampuan sejumlah negara untuk menjangkau pembangunan berkelanjutan. Kajian Stern mengenai Ekonomi Perubahan Iklim mengejar bahwa ongkos saat ini yang meminimalisir emisi GRK jauh lebih kecil daripada ongkos gangguan ekonomi dan sosial di masa depan sebab perubahan iklim yang tidak dikurangi. Setiap negara dan sektor ekonomi mesti berusaha dengan tantangan evolusi iklim melewati adaptasi dan mitigasi.

Pariwisata tidak terkecuali dan dalam sejumlah dekade mendatang, evolusi iklim bakal memainkan peran urgen dalam pengembangan dan pengelolaan pariwisata. Dengan kaitannya yang erat dengan lingkungan, pariwisata dirasakan sebagai sektor yang paling sensitif terhadap iklim. Manifestasi regional dari evolusi iklim akan paling relevan guna sektor pariwisata yang menuntut adaptasi oleh seluruh pemangku kepentingan pariwisata utama. Bahkan, ini bukan masa mendatang yang jauh guna sektor pariwisata karena sekian banyak  dampak evolusi iklim telah terbukti di sekian banyak  tujuan di semua dunia.

Sebagai sisi beda dari cerita di atas, sektor pariwisata sendiri adalahpenyumbang utama evolusi iklim melewati emisi GRK, terutama, dari transportasi dan akomodasi wisatawan. Sektor pariwisata mesti memainkan peran proaktif untuk meminimalisir emisi GRK secara signifikan selaras dengan 'Vienna Climate Change Talks 2007' yang mengakui bahwa emisi global GRK butuh memuncak dalam 10-15 tahun ke depan dan lantas dikurangi ke tingkat yang paling rendah, jauh di bawah separuh level pada tahun 2000 pada pertengahan abad. Tantangan utama di depan sektor pariwisata ialah untuk mengisi agenda pembangunan berkelanjutan internasional bareng dengan mengelola peningkatan pemakaian energi dan emisi GRK dari perkembangan besar-besaran dalam pekerjaan yang diproyeksikan guna sektor ini.

Kepedulian komunitas pariwisata tentang tantangan evolusi iklim tampak meningkat sekitar lima tahun terakhir. Organisasi Pariwisata Dunia (UNWTO) dan organisasi partner lainnya menyelenggarakan Konferensi Internasional Pertama mengenai Perubahan Iklim dan Pariwisata di Djerba, Tunisia pada tahun 2003. Deklarasi Djerba mengakui kebersangkutanan yang rumit antara sektor pariwisata dan evolusi iklim dan menyusun kerangka kerja guna adaptasi dan mitigasi. Sejumlah asosiasi dan bisnis industri pariwisata individual pun telah mengindikasikan keprihatinan besar dengan secara sukarela mengadopsi target pengurangan emisi GRK, tercebur dalam kampanye edukasi publik tentang evolusi iklim dan menyokong undang-undang evolusi iklim pemerintah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar