Selasa, 26 November 2019

cincin tunangan kota Jakarta Barat




 Artikel ini akan menyerahkan tinjauan singkat mengenai latar belakang sejarah, pentingnya, konsep, prinsip dan debat umum mengenai pariwisata berkelanjutan.

Pariwisata berkelanjutan ialah salah satu prasyarat untuk menjangkau pembangunan berkelanjutan. konsep pariwisata dengan keberlanjutan dan pengembangan menemukan inklusi historisnya dari pariwisata massal yang berkembang pada tahun 1960 sebab munculnya pesawat jet dan hasrat guna pariwisata mendapat tidak sedikit pengikut dan pun mencapai negara-negara Dunia Ketiga (Dann, 2002). Ia juga berasumsi bahwa desakan ini mendorong organisasi-organisasi laksana Bank Dunia dan PBB untuk mengecek analisis manfaat ongkos pariwisata dan dinyatakan bahwa potensi ongkos pariwisata jauh lebih rendah daripada manfaat keuangan dalam format keseimbangan andai surplus pembayaran, pengembangan infrastruktur, dan kegiatan dan deviden valuta asing. Sehingga menimbulkan konsep pariwisata berkelanjutan sebagai di antara sumber membawa pembangunan berkelanjutan. Berdasarkan keterangan dari KTT Dunia mengenai Pembangunan Berkelanjutan (2002), dianggap bahwa Pariwisata ialah industri terbesar di dunia di mana pada tahun 2000, 698 juta orang mengerjakan perjalanan internasional yang 7,3% lebih dari 1999. Demikian pula nilai ekonomi dari pariwisata internasional ialah US $ 477,9 miliar di 2000 (Papers4you.com, 2006).

Dari satu pengertian konkret, literatur mengaku bahwa tersebut tidak tentu dan terus berkembang. Namun Coccossis (1996) menegaskan bahwa pariwisata berkelanjutan dapat dipungut dalam empat interpretasi bertolak belakang yang mencakup "keberlanjutan ekonomi pariwisata", "pariwisata berkelanjutan secara ekologis", "pengembangan pariwisata berkelanjutan" dengan konsentrasi lingkungan serta kelayakan jangka panjang dari industri dan kesudahannya "pariwisata sebagai unsur dari strategi guna pembangunan berkelanjutan".

Seperti dilafalkan di atas, pariwisata berkelanjutan mesti dipertimbangkan dengan mempertimbangkan akibat lingkungan dan sumber daya. Dikatakan bahwa pariwisata Mediterania ialah sumber utama pendapatan ekonomi karena dalil tersebut, tetapi pertumbuhan jangka pendek dilalaikan dengan efek buruk jangka panjang dan kehancuran ekosistem dan sumber daya mereka (Farsari, 2000)

Pengaruh pariwisata yang tidak peduli terhadap keberlanjutannya meliputi: 'konsumsi berlebihan sumber daya alam, degradasi lingkungan, eksploitasi kebiasaan dan tenaga kerja, eksodus orang dari tanah mereka, kurangnya konsultasi dengan masyarakat lokal, perencanaan pariwisata yang dipikirkan dengan buruk, dan kebocoran valuta asing yang tinggi yang mengurangi guna ekonomi lokal dalam jangka panjang (KTT Dunia mengenai Pembangunan Berkelanjutan, 2002),

Di mana efek seperti tersebut ada untuk memunculkan ancaman pada pariwisata berkelanjutan terdapat prinsip petunjuk yang bisa mengarah guna meyakinkan keberlanjutan (Papers4you.com, 2006). Prinsip-prinsip tersebut mencakup pemakaian sumber daya yang berkelanjutan, pengurangan limbah dan konsumsi berlebihan, pemeliharaan keanekaragaman, integrasi perencanaan pariwisata, sokongan ekonomi lokal serta keterlibatan masyarakat setempat, konsultasi, pelatihan, riset dan pemasaran yang bertanggung jawab (Farsari, 2000)

Jadi diskusi mengindikasikan bahwa industri pariwisata mempunyai potensi guna menjadi prasyarat guna pembangunan berkelanjutan, tetapi sangat urgen untuk menyadari bahwa konsentrasi pada pariwisata massal melulu dapat memunculkan bahaya untuk lingkungan sampai-sampai untuk meyakinkan keberlanjutan dalam pariwisata, prinsip-prinsip petunjuk harus diikuti

Referensi

Coccossis, H. (1996) 'Pariwisata dan Keberlanjutan: Perspektif dan Implikasi' dalam Priestley, G. et al. (eds), Pariwisata Berkelanjutan? Pengalaman Eropa, Inggris: Cab International
Dann, G, M, S, (2002), "Pariwisata & Pengembangan", dalam Desai V dan Potter, R. (eds) (2002), Rekan Studi Pembangunan, London: Arnold,

Tidak ada komentar:

Posting Komentar